Awas Firasat Sial

Ada sebuah cerita, begini ceritanya.
Seorang ibu sedang merajut pakaiannya dengan jarum dan benang. Sedangkan keuda anaknya berpanitan untuk bermain diluar. Ketika baru setengah jalan merajut, ibu tadi tersontak kaget. Karena jarum yang digunakan tiba-tiba patah mungkin terlalu keras menekan. Spontan ia berpikir kepada kedua anaknya yang pergi main tadi. Ia merasa khawatir dan berfirasat anaknya bakal mendapat celaka, karena jarum rajutannya patah.

Di lain tempat seorang anak laki-laki tampak gundah menunggu saudaranya. Katanya jam enam pagi mau datang tapi sudah jam sembilan juga belum datang. Kekhawatirannya tambah memuncak ketika ia mencoba menyiapkan kopi untuk saudaranya tersebut, selalu tumpah. Dua kali berturut-turut koq tumpah terus. Ini pasti ada yang nggak beres, demikian kata benaknya.

THIYARAH ATAU TATHAYYUR

Thiyarah, udah kenal istilah ini? Thiyarah itu artinya adalah merasa bernasib sial atau meramal nasib buruk karena melihat burung atau binatang yang lain. Atau apa saja. Memang kata asalnya bermakna burung. Nah ceritanya dulu di kalangan bangsa Arab, mereka akan merasa bernasib sial jika ketika akan berangkat keluar kota (biasanya berdagang) namun di tengah jalan melihat burung tertentu terbang melintas.

Boleh nggak sih yang begitu? Tentu saja tidak boleh atau dilarang di dalam Islam. Rasulullah SAW telah bersabda yang artinya:
“Tidak ada 'adwa, thiyarah, hamah dan shafar." (H.R. Bukhary dan Muslim)

Apa adwa itu? ‘Adwa adalah penularan penyakit. Maksud sabda Nabi tersebut adalah untuk menolak anggapan orang-orang jahil di masa beliau yang meyakini bahwa tertularnya penyakit itu bisa dengan sendirinya tanpa campur tangan taqdir Allah.

Dalam sebuah riwayat lain Rasulullah pernah bersabda yang artinya:
"…dan menjauhlah dari orang yang terkena penyakit lepra (kusta) sebagaimana kamu menjauh dari singa." (H.R. Bukhari)

Jadi Islam pun mengakui adanya penyakit menular. Namun apakah orang nantinya akan tertular atau tidak itu adalah kehendak Allah. Sementara sunatullah yang berlaku orang akan tertular oleh penyakit menular jika berada di dekatnya. Dan kita disunnahkan untuk tidak mendekat orang atau memasuki satu daerah yang sedang terjangkiti wabah penyakit menular.

Sial atau mujur, semuanya sudah merupakan ketetapan Allah. Bukan sebab burung, kuping berdengung sebelah atau jarum yang patah. Perbuatan atau keyakinan yang demikian itu tergolong perbuatan syirik. Nah, ngeri kan? Makanya ayo kita sadarkan teman, sanak dan kerabat kita tentang bahaya thiyarah ini.

Dalam riwayat Imam Ahmad Rasulullah pernah bersabda yang artinya:

"Barangsiapa yang mengurungkan hajatnya (keperluannya) karena thiyarah, maka ia telah berbuat syirik." Para sahabat bertanya: "Lalu apa apakah sebagai tebusannya?" Beliau menjawab: "Supaya dia mengucapkan: arab "Allahumma laa khaira illa khairuka walaa thaira illa thairaka walaa ilaahu ghairuka" artinya: "Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikan dari-Mu. Tiada kesialan, kecuali kesialan dari-Mu. Dan tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain-Mu."

TAWAKAL ITU BARU BENAR

Thiyarah lawannya adalah tawakal. Artinya adalah menyerahkan semua hasil daya upaya kepada Allah semata. Jadi harus ada unsure daya upayanya loh… Sebab lucunya ada orang yang salah dalam memahami tawakal. Pergi ke masjid naik motor, parkirnya di deket jalan dan tidak terkunci..! "Tawakal sajalah, kalau Allah mengehendaki motorku hilang ya hilang deh… Kalau Dia tidak menghendaki yah nggak bakalan hilang..!"

Wah, kalau ini bukan tawakal, tapi nekat..! Tawakal itu perlu usaha, yah kalau nggak ingin motor dicuri taruh di tempat yang aman dan terkunci. Baru kemudian bertawakal kepada Allah. Sama juga kalau ingin masuk surga yah beramal shalih dong, jangan diem aja dan menyerah kepada taqdir.

Semoga Bacaan di atas bermanfaat bagi yang selesai membaca
Salam sukses selalu
Terima Kasih